My Social Media

Kamus

Kamis, 24 Februari 2011

Estetika

PENDAHULUAN

Perasaan keindahan dimiliki setiap orang dan ini dapat timbul bila syarat-syarat keindahan terpenuhi untuk menggugah jiwa secara terus-menerus. Dan kepuasan dari ggugahan jiwa inilah yang menjadi pondamen dari kepuasan artistik.
Teori estetik dapat dibagi tiga, yaitu:
a. Teori estetik formil, mengatakan bahwa keindahan luar itu adalah keseluruhan menyangkut bentuk dan warna.
b. Teori estetik ekspressions, mengatakan bahwa keindahan itu tidak selalu terjelma dari bentuknya tetapi lebih-lebih lagi dari maksudnya atau ekspressinya.
c. Teori estetis psikologi, mengatakan bahwa keindahan mempunyai tiga aspek, yaitu:
- Bahwa keindahan adalah akibat dari emosi yang hanya dapat diperlihatkan dengan prosedur psikoanalitik.
- Bahwa keindahan itu ialah ritme yang sederhana dan mudah.
- Bahwa keindahan itu adalah akibat rasa kepuasan dari sipenglihat (yang mengalaminya sendiri) terhadap objek yang dilihatnya.
Dari ketiga teori di atas, dapat disimpulkan bahwa keindahan pada hakekatnya adalah perasaan kepuasan. Pada arsitektur, keindahan adalah beauty dari suatu bangunan, suatu kota, dsb.
Menurut Pythagoras dan Aristoteles, keindahan (beauty) adalah karakter dari suatu objek, objek itu bisa terdiri dari bermacam-macam elemen yang menghasilkan effek kesatuan (unity) terhadap sensasi dari yang mengalaminya (yang melihatnya).
Dalam tulisan ini, saya akan menguraikan kritikan Estetika terhadap bangunan yang saya tinggali saat ini. Bangunan ini terletak di Kompleks PU, tepatnya di Jl. Muhajirin Lrg.2 (Samping kampus UNM Parangtambung). Bangunan ini terdiri dari 3 lantai, dan kamar yang saya tinggali berada di lantai2. Jadi, saya akan membahas unsur-unsur Estetika pada bangunan lantai2 secara khusus dan keseluruhan bangunan pada umumnya.

ULASAN/ PEMBAHASAN

Dari segi fungsi, perancangan bangunan telah sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai tempat kost khusus putri. Fasilitas yang disediakan oleh pemilik pondok pun telah memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari penghuni kamar. Bentuk bangunanya taratur, yaitu berbentuk kubus dan persegi sehingga memberi kesan statis, stabil, formal, monoton, dan masif. Pintu-pintu dan jendela-jendela, kolom, dinding,atap, merupakan suatu kesatuan sehingga melahirkan suatu karya yang bernilai estetika. Kelompok jendela yang diletakkan memiliki jarak yang sama besar, deretan kolom yang bentuk dan ukurannya sama, serta ornamen-ornamen dari dinding teras yang diulang-ulang menciptakan suatu nada dari ritme sebagai bentuk keseluruhan dari bangunan tersebut sehingga memberi aspek keindahan. Klimaks (aksen) bangunan ini berada pada bentuk teras depan dengan tiang penyangga yang berukuran besar dengan komposisi warna yang menarik sehingga pada titik itu orang dapat merasakan keindahan, kepuasan, ataupun kemegahan.
Bangunan ini memanjang dari arah utara ke salatan sehingga kamar yang terletak di bagian barat bangunan akan merasakan terik matahari di sore hari sehingga dapat mengganggu kenyamanan penghuni kamar. Masalah kebersihan juga perlu diperhatikan, meskipun telah ditetapkan jadwal membersihkan bagi penghuni kamar, kadangkala ada sebagian penghuni kamar yang tidak mengindahkan aturan tersebut sehingga kondisi bangunan pada teras, dapur, dan kamar mandi terlihat kotor. Hal ini dapat merusak aspek keindahan dari bangunan tersebut. Tumpukan sampah pun sering terjadi karena jadwal pengangkut sampah hanya datang sekali dalam seminggu, bahkan tumpukan sampah itu sering berserakan ditiup angin karena kapasitas tempat sampah tidak memadai. Kebiasaan penghuni kamar menjemur pakaian di reiling teras perlu diperhatikan karena dapat merusak aspek keindahan bangunan.
.



PENUTUP

Kesimpulan:
Secara keseluruhan, bangunan tempat tinggal saya memiliki aspek keindahan yang baik, namun kebiasaan buruk para penghuni kamar perlu diperhatikan karena dapat merusak aspek keindahan tersebut.
Saran:
1. Para penghuni kamar harus menjaga kebersihan bangunan dan lingkungan.
2. Para penghuni kamar harus mematuhi aturan yang telah dibuat oleh pemilik pondokan.
3. Pemilik pondok sebaiknya memasang tirai/ penghalang cahaya di teras bangunan agar sinar matahari sore tidak langsung masuk ke kamar penghuni.
4. Sebaiknya sampah diangkut dua kali seminggu.
KEPEMIMPINAN-MANAJEMEN: LOYALITAS ITU HADIAH
Oleh: Andrias Harefa*

John W. Gardner dalam bukunya On Leadership (Free Press, 1990) antara lain menulis : "Konstituen yang setia dimenangkan oleh mereka yang, sadar atau tidak, dinilai cakap untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan mereka, ketika pemimpin terlihat seperti simbol yang mewakili norma-norma yang mereka anut, dan ketika citra sang pemimpin itu (apakah itu berkesesuaian dengan kenyataan atau pun tidak) selaras dengan mitos-mitos dan legenda yang mereka percayai".

Pernyataan itu menegaskan bahwa loyalitas adalah 'hadiah' yang diberikan oleh konstituen kepada orang yang mereka anggap pantas menjadi pemimpin mereka. Dan 'hadiah' itu diberikan berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan seseorang untuk mewakili mereka dalam hal tertentu. "Kemampuan" dalam hal apa? Utamanya dalam hal memberikan pemecahan masalah dan melayani kebutuhan para konstituen tersebut.

Dengan logika terbalik dapat dikatakan bahwa loyalitas bukanlah sesuatu yang dapat 'dipaksakan' seorang pemimpin kepada konstituennya. Sebab bagaimana mungkin seseorang boleh (sekalipun mungkin dapat) memaksa pihak lain untuk memberikan suatu 'hadiah' kepada dirinya? Bukankah hal itu, seperti yang biasa dilakukan oleh pejabat Orde Baru kepada kroni-kroni mereka, tidak saja lucu dan wagu, tetapi juga irrasional? Dan bukankah orang yang tidak mampu berpikir rasional tidak pernah layak kita angkat sebagai pemimpin?

Lebih jauh dapat pula dikatakan bahwa dalam hal kepemimpinan, akan lebih berguna jika kita mempelajari hal ihwal pelayanan konsumen (customer service) ketimbang banyak buku manajemen yang memperlakukan orang lain sebagai things dan bukan people (ingat, we manage things and lead people). Sebab dengan konsep-konsep pelayanan pelanggan atau konsumen seseorang dapat belajar bagaimana melayani konstituennya (baca: konsumennya). Bila tingkat kepuasan konsumen atau konstituen meningkat, maka layaklah diharapkan loyalitasnya pun naik.

Untuk dapat menciptakan konstituen yang loyal, pemimpin tak bisa lari dari kewajiban mengenali nilai-nilai dan norma-norma yang dianut konstituennya, mengetahui mitos-mitos dan legenda yang dipercayai konstituennya, dan bertindak dalam bingkai yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka itu. Ibarat seorang pembicara publik yang profesional, pemimpin wajib mengenal 'audiensnya' sebelum, ketika, dan sesudah berbicara. Tanpa itu ia tidak akan didengarkan dengan sungguh-sungguh. Tanpa itu ia tidak bisa berbicara untuk menawarkan pemecahan masalah atau hal lainnya. Tanpa itu ia tidak tahu kompetensi apa yang perlu dikembangkannya. Tanpa itu ia tidak tahu visi macam apa yang akan menarik dan menggerakkan hati konstituennya. Tanpa itu ia tidak akan diikuti dengan setia.

Karena memenangkan hati konstituen, termasuk konsumen meski tak terbatas hanya itu, adalah suatu proses 'transaksi' dan mengandung unsur 'kompetisi', maka tak pelak lagi pemimpin harus memiliki kecakapan dalam hal komunikasi dan membina hubungan interpersonal. Ia terutama harus dapat menjadi pendengar yang empatik. Ia harus dapat membaca bahasa tubuh dan mata konstituennya. Ia harus mampu berbicara mewakili jeritan dan impian dari hati konstituennya (yang acap kali tak terucapkan). Ia harus bisa menuliskan pesan-pesan yang menggambarkan keinginan konstituennya. Dan seterusnya. Singkatnya, ia harus pertama-tama cukup rendah hati dan banyak mendengarkan (listening bukan sekadar hearing) konstituennya sebelum angkat bicara.

Tentu saja semua itu hanya penting kalau sang pemimpin ingin mendapatkan hadiah bernama loyalitas. Bukankah demikian?

Jumat, 11 Februari 2011

Kajian Simpang

KAJIAN SIMPANG

1. PENDAHULUAN

Jenis simpang dan bentuk pengendaliannya ditentukan oleh tingkat konflik yang harus diatasi (Lihat Gambar). Simpang tidak bersinyal yang sangat rendah konfliknya bahkan tidak memerlukan pengendalian lalu lintas apapun. Di beberapa negara yang menganut peraturan prioritas akan jelas kendaraan dari arah mana yang mendapatkan hak bergerak meskipun hirarki jalannya saman. Pada jalan yang berhirarki berbeda yang bersilang umumnya dilengkapi dengan rambu yield atau stop pada kaki simpang yang berhirarki rendah. Artinya kendaraan pada simpang yang dipasangi rambu seperti ini masing-masing harus memperlambat atau menghentikan laju kendaraannya hingga terdapat celah yang aman untuk melaju. Bila tingkat konflik meningkat terus maka bundaran adalah salah satu cara untuk mengurangi konflik, jika bundaran tidak mampu mengatasi konflik, maka cara lain untuk mengurangi konflik adalah dengan menggunakan sinyal (lampu lalu lintas).




Keterangan :

Arus Kendaraan

Arus Pejalan Kaki

2. JENIS-JENIS PERATURAN SIMPANG

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, makin tinggi tingkat kompleksitas suatu simpang, makin tinggi pula kebutuhannya. Janis pengaturan simpang sebidang dapat dikelompokkan menjadi :

- Pengaturan simpang tanpa lampu lalu lintas.

- Pengaturan simpang dengan lampu lalu lintas.

a. Pengaturan Simpang Tanpa Lampu Lalu Lintas

Secara lebih rinci, pengaturan simpang sebidang dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Aturan Prioritas

Ketentuan dari aturan lalu lintas pada simpang tanpa sinyal lalu lintas sangat mempengaruhi kelancaran pergerakan lalu lintas yang saling berpotongan terutama pada simpang yang merupakan perpotongan dari ruas-ruas jalan yang mempunyai keals yang sama.

Sampai saat ini, Indonesia sebenarnya mengnut aturan-aturan dan prioritas bagi kendaraan yang datan gdari sebelah kiri, walaupun dalam kenyataannya ketentuan ini tidak berjalan. Sehingga hal ini menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam analisa dari simpang tanpa sinyal lalu lintas. Analisa tersebut menyangkut parameter kapasitas simpang, waktu tundaan atau panjang antrian pada panjang kaki simpang.

2. Rambu dan/atau Marka Jalan, Contoh :

· Rambu Yield

Pengaturan ini digunakan untuk melindungi arus lalu lintas dari salah satu ruas jalan pada sua ruas jalan yang saling berpotongan tanpa harus berhenti sama sekali. Sehingga pengendara tidak terlalu terlambat bila dibadingkan dengan pengaturan Stop Sign.

Yield Sign juga digunakan pada simpang yang diatur dengan kanalisasi yang digunakan untuk mengatur kendaraan belok kiri pada lajur percepatan terutama bila jalur percepatan tersebut kurang panjang.

· Rambu Berhenti

Pengaturan simpang dengan stop sign digunakan bila pengendara pada kaki simpang harus berhenti secara penuh sebelum memasuki simpang.

Stop Signing ditunjukkan pada gambar berikut. Pengaturan ini digunakan pada pertemuan antara minor road dengan major road.




· Kanalisasi

Daerah perkerasan yang lebih luas untuk melayani gerakan membelok pada kanal yang banyak, harus diberi tanda dengan tepat agar pengemudi dapat bergerak dengan mulus dan amanmelalui pertemuan jalan. Sementara badan jalan diberi tanda panah dan garis untuk membantu maneuver kendaraan, biasanya diperlukan juga pemisahan fisik dengan membangun pulau lalu lintas dan disediakan ruang cadangan.

Pulau lalu lintas berguna sebagai tempat untuk mendirikan alat control dan rambu-rambu lalu lintas. Daerah badan jalan yang dialokasikan untuk fungsi tertentu dapat mempunyai permukaan jalan yang diberi warna atau tekstur yang berbeda. Perhatian yang besar harus diberikan sehingga penempatan pulau lalu lintas tidak mengganggu vasibilitis atau membuat radius yang tidak cukup bagi berbagai kecepatan masuk dan kendaraan.

· Bundaran

Bundaran (roundabout) dapat dianggap sebagai kasus istimewa dari kanalisasi yang pulau ditengahnya dapat sebagai pengontrol pembagi dan pengarah bagi sistem lal lintas berputar satu arah. Pada cara ini, gerakan penyilangan hilang dan digantikan dengan gerakan menyiap berpindah-pindah jalur. Dengan sebuah pulau lalu lintas berdiameter kurang dari 15 meter gerakan menyilang yang bukan tegak lurus akan dilakukan pada kecepata reliatif tinggi dan pada bundaran itu tidak menyediakan gerakan yang menyiap yang biasa lagi. Bundaran dengan berdiameter lebih besar dari 20 meter, gerakan menyiap biasanya terbentuk pada jalur masuk, jalur gerakan dan divergesi arus yang terletak pada titik keluar.

Bundaran yang besar dapat mengatasi kekurangan seperti situasi berhenti-henti (stop/start) pada pertemuan jalan yang berkanalisasi. Tujuan utama bundaran adalah melayani gerakan yang menerus, namu hal itu tergantung dari kapasitas dan luas area yang dibutuhkan. Namun hal ini juga tidak konsisten bila terdapat banyak gerakan pejalan kaki, yang harus dilayani melalui jalur bawah tanah (subway), jika pertemuan jalur ingin dioperasikan secara efektif. Dengan memperhitungkan jarak perjalanan yang lebih besar dan pengurangan kecepatan untuk masuk dar ijalan pendekatan, jumlah total kelambatan kendaraan dapat melebihi dari sebuah pertemuan jalan berkanalisasi. Tetapi gerakan menerus dengan gerakan membelok yang besar pada seluruh kaki pertemuan jalan akan mengurangi sumber kecelakaan dan memberikan kenyamanan yang lebih pada kondisi pengemudian, terutama pada lokasi pinggiran kota dengan volume sedang.

· Lampu Lalu Lintas

Pengaturan simpang degan lampu lalu limtas termasuk yang paling efektif terutama untuk volume lalu lintas pada kaki-kaki simpang yang relatif tinggi. Pengaturan ini dapat mengurangi atau menghilangkan titik-titik konflik pada simpang dengan memisahkan pergerakan arus lalu lintas pada waktu yang berbeda.

b. Pengaturan Simpang Dengan Lampu Lalu Lintas

Pengaturan simpang dengan sinyal lampu lalu lintas termasuk yang paling efektif, terutama bentuk volume lalu lintas pada kaki simpang yang relatif tinggi. Peraturan ini dapat mengurangi atau menghilangkan titik konflik pada simpang dengan memisahkan pergerakan arus lalu lintas pada saat yang berbeda-beda.

1) Prinsip-prinsip dasar

Sinyal lalu lintas merupakan alat yang mengatur pergerakan lalu lintas disamping melalui pemisahan waktu untuk berbagai arah pergerakan. Alat pengatur ini menggunakan indikasi lampu hijau, kuning, dan merah. Tujuandari pemisahan waktu pergerakan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya arah pergerakan-pergerakan yang saling berpotongan atau melalui titik konflik pada saat bersamaan. Menurut Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1993 tentang prasarana lalu lintas jalan, istilahny adalah : Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas. Adau dua tipe dari konflik, yaitu (a) Konflik Primer, (b) Konflik Sekunder.

Konflik primer termasuk konflik antara arus lalu lintas dari arah tegak lurus, sedang konflik sekunder termasuk konflik antara arus lalu lintas belok kanan dan lalu lintas arah lainnya atau antara belok kiri dan pejalan kaki.

Sinyal lalu lintas terutama menghilangkan konflik primer dan mungkin juga konflik sekunder. Bila tidak ada konflik (primer dan sekunder) maka pergerakan-pergerakan tidak terganggu (protected).

2) Efek dari Sinyal Lulu Lintas

Penerapa efek sinyal lalu lintas dari simpang diharapkan dapat memberikan efek-efek :

o Peningkatan keselamatan lalu lintas.

o Pemberian fasilitas kepada penyebrangan pejalan kaki.

o Peningkatan kapasitas dari simpang antara dua jalan yang sibuk.

o Pegnaturan distribusi dari kapasitas berbagai arah lalu lintas atau kategori arus lalu lintas (kendaraan umum, bis, dll.)

3) Peralatan Sistem Sinyal Lalu Lintas

Sistem pengendalian sinyal lalu lintas terdiri dari peralatan-peralatan sebagai berikut :

o Kepala Tiang

o Detector untuk lalu lintas (bila otomatis)

o Pengendali local untuk menyalakan lampu sinyal pada persimpangan.

o Pengendalian induk untuk mengkoordinasikan berbagai pengatur local bila ATC

o Sistem transmisi untuk menghubungkan sinyal detector pengendali lokal dan pengendali induk.


Sistem Pengendalian Sinyal Lalu Lintas

4) Pengaturan Waktu Sinyal Lalu Lintas

Pengaturan waktu dari persimpangan dengan sinyal secara individu mencakup penentuan dari parameter-parameter utama sebagai berikut :

· Periode intergreen antara phase

· Waktu siklus (cycle time)

· Pembagian waktu hijau ke masing-masing phase

Kondisi arus lalu lintas di persimpangan berubah secara nyata akibat perubahan relatif kecil dari parameter pengaturan waktu.karena itu adalah sangat penting bahwa pengaturan waktu sinyal dilakukan secara hati-hati dan secara berkala diperbaharui sehubungan dengan kebutuhan lalu lintas yang terbaru di persimpangan.

Prinsip-prinsip dasar untuk pengaturan waktu dapat dinyatakan sebagai berikut :

a. Tidak terdapat lalu lintas yang harus mengunggu pada lampu merah jika dapat melewati persimpangan tanpa mengganggu lalu lintas lainnya.

b. Pelepasan lampu lalu lintas selama lampu lalu hijau dilakukan seefektif mungkin (pada tingkat arus jenuh) dalam usaha menghasilkan sekecil-kecilnya tundaan yang mungkin untuk arus lalu lintas yang mendapat lampu lalu lintas.

Proses kerjan yang digunakan untuk perhitungan pengaturan waktu untuk sinyal lalu lintas (menurut metode Webster) adalah :

a. Buatlah pola pengaturan.

b. Hitung panjang periode intergreen yang dibutuhkan untuk menghilangkan konflik primer pada perubahan phase.

c. Hitung arus lalu lintas q untuk masing-masing lajur atau approach (pendekat)

d. Hitung arus jenuh s untuk masing-masing lajur / approach

e. Hitung rasio terbesar q/s untuk masing-masing phase

f. Hitung waktu siklus dengan rumus Webster :

1,5 L + 5

Co =

1 – y

Dimana :

Co = Waktu Putar Optimum

L = Waktu Hilang

Y = Perbandingan Arus Lalu Lintas/Arus Jenuh (q/s)

g. Bagikan waktu hijau tersedia (c-L) untuk phase-phase yang berbeda.

h. Sesuaikan hasil perhitungan waktu hijau dengan memperhatikan waktu hijau minimum pejalan kaki dan lain-lainnya.

3. KAPASITAS SIMPANG BERSINYAL DAN TIDAK BERSINYAL

a. Simpang Bersinyal

Menurut MKJI 1997 kapasitas kaki simpang dapat dirumuskan sebagai berikut :

g

C = S dengan S = S0, FCS, FG, FP, FRT, FLT

c

Rumus diatas menyajikan secara ringkas deskripsi variable yang mempengaruhi kapasitas kaki simpang bersinyal dan hal-hal yang mempengaruhi setiap variable. Kapasitas simpang bersinyal didefenisikan secara terpisah pada tiap kakinya, karena prinsip mengurai konflik dengan alokasi waktu. Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa dalam konteks Indonesia, waktu hijau efektif sama dengan displayed green. Waktu siklus sangat dipengaruhi oleh jumlah fase. Yang dimaksud dengan fase adalah kelompok gerakan yang bergerak bersama-sama saat hijau. Untuk simpang empat, minimal jumlah fase adalah dan maksimal jumlah fase adalah empat. Prinsip operasi sebuah simpang bersinyal adalah peniadaan konflik menyilang antara gerakan-gerakan yang saling tegak lurus, namun masih memungkinkan konflik antara gerak lurus dan gerak belok kanan dari arah lawan.

b. Simpang Tidak Bersinyal

Menurut MKJI 1997 kapasitas kaki simpang tak bersinyal dapat dirumuskan sebagai berikut :

C = COFW, FM, FCS, FRSU, FLT, FRT, FMI

Rumus diatas menunjukkan adanya perbedaan ang sangat jelas antara rumusan kapasitas pada simpang tak bersinyal dan simpang bersinyal. Pada simpang tidak bersinyal kapasitas tidak bias dipisahkan per kaki simpang. Hal ini dikarenakan operasi simpang bersinyal di Indonesia tidak beralngsung atas aturan tertentu. Akibatnya kendaraanyang dikemudikan pengemudi yang paling beranilah yang cenderung lebih dahulu masuk sistem simpang dalam kondisi simpang jauh dari jenuh.pada kondisi jenuh, sangat mungkin terjadi penguncian di daerah konflik simpang.

Kapasitas dasar dipengaruhi oleh jenis simpang. Simpang dibedakan berdasarkan jumlah kaki simpang dan jalur pendekatan pada tiap kaki simpang.

(TABEL 7.10)

Faktor penghambat samping terhadap kapasitas simpang tidak bersinyal yang disajikan pada gambar diatas terlihat bahwa lingkungan jalan yang lebih membatasi akses cenderung lebih kecil dalam mereduksi kapasitas simpang. Makin meningkat rasio jumlah kendaraan tidak bermotor terhadap jumlah kendaraan bermotor makin besar reduksi kapasitas simpang. Makin tinggi kelas hambatan simpang makin besar reduksi kapasitas simpang.

4. AREA TRAFFIC CONTROL

Pengaturan simpang sebidang dengan lampu lalu lintas pada satu jaringan jalan dapat dilakukan melalui suatu koordinasi sehingga ada keterkaitan atas satu simpang dengan simpang lainnya.yang berbeda dalam satu jaringan jalan. Dalam satu kondisi tertentu pengaturan dengan Area Traffic Control ini bias didapat hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pengaturan secara individu.

Area Traffic Control mempunyai sasaran yang jelasuntuk memungkinkan :

o Pengembangan strategi optimal pengaturan

o Pengevaluasian pengaruh dari area traffic control (ATC)

Disamping itu, Area Traffic Control (ATC) juga dapat menghasilkan kualitas arus lalu lintas atau tingkat pelayanan terbaik yang mungkin untuk kondisi lalu lintas dan pembatas lain yang ada. Kualitas diukur dengan sejumlah factor yang berbeda seperti : tundaan, jumlah berhenti, waktu perjalanan, keamanan lalu lintas, kebebasan bergerak, dan pengaruh lingkungan (gas pengeluaran, kebisingan, dll.)

a. Jaminan untuk Area Traffic Control

Koordinasi lampu paling diperlukan jika kendaraan mendatangi persimpangan dalam peleton yang terbentuk oleh lampu lalu lintas. Dalam sistem control kawasan utama alat pengontrol seringkali diorganisasikan dalam susunan yang diilustrasikan


b. Pengaturan waktu lampu lalu lintas terkoordinasi

Pengaturan kebutuhan untuk lampu lalu lintas terkoordinasi sepanjang jalan arteri atau kawasan telah disetujui, perencanaan sistem control lampu lalu lintas yang diperlukan harus mengikuti langkah-langkah tang ditentukan.

c. Data-data dasar

Perencanaa sistem control lalu lintas untuk pertama kali dimulai dengan pengumpulan data-data :

· Perencanaan Geometrik

· Peraturan Lalu Lintas, Tanda-Tanda dan Marka

· Kondisi Lalu Lintas

· Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas

· Keadaan Sekitar

d. Jenis-jenis sistem pengaturan

1. Sistem Simultan

Sistem lampu dimana sepanjang jalan memberikan indikasi yang sama pada waktu bersamaan.

2. Sistem Alternatif

Sistem lampu dimana alternative atau kelompok lampu memberikan indikasi yang berlawanan pada satu jalan pada waktu bersamaan.

3. Sistem Progresif

§ Sistem Progresif Sederhana.

§ Sistem Progresif Fleksibel

§ Sistem Progresif Komputer

Always Merah Putih